You are currently viewing APRESIASI SENI – BUKAN MUSIK BIASA

APRESIASI SENI – BUKAN MUSIK BIASA

Pada Rabu, 29 Maret 2023 Bidang Pelatihan, Pengembangan, dan Penelitian Ormawa Kesenian Tradisional BKKT UNS telah menyelenggarakan apresiasi seni yang ketiga, yaitu mengapresiasi sebuah Forum Musik dan Dialog dengan acara berjudul BUKAN MUSIK BIASA, yang diadakan di Pendopo Wisma Seni TBJT SURAKARTA secara offline baik pengurus maupun anggota BKKT UNS.

BUKAN MUSIK BIASA atau disingkat BMB merupakan ruang penyimpanan ide kreatif bagi composer muda, mereka tampil memukau penonton dengan keindahan karyanya yang ditampilkan di Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT), sekaligus membedah gagasan para komposer dalam sebuah dialog di akhir sesi acara. BMB Rutin digelar tiap dua bulan sekali di TBJT. Di seri ke-92 pekan ini, menghadirkan tiga komposer dari berbagai daerah yaitu I Ketut Wardana dari Yogyakarta. Tampil dengan opera topengnya. Berlanjut ke perform karya Sutanto Mendut dari Magelang. Setelah itu diakhiri aksi epic dari Rontek Nyawiji asal Pacitan, Jawa Timur. Pemantik diskusi kali ini adalah Hj. Daeng Misbahudin yang berasal dari Selayar, Sulawesi Selatan, dan Moderator bernama Deni Setyaji yang berasal dari Sunda.  

Untuk sajian pertama yaitu I Ketut Wardana berasal dari Yogyakarta yang menampilkan Opera Topeng, dalam sinopsisnya menyebutkan bahwa musik  yang dipakai tersebut berkamuflase karena menghindari identitas namun berbicara kreativitas, karena hal tersebut mengalir begitu saja secara natural, penekanan satu pengalaman semacam teka-teki. Dalam karya ini menampilkan sebuah musik yang sangat unik dan kreatif, dengan diiringi musik  suling banyuwangen serta siter. Di dalam karya ini juga terdapat Swarawati atau penyanyi perempuan berjumlah empat dengan pakaian yang unik yaitu menggunakan topeng yang dipakai di belakang kepala atau terbalik serta kebayanya terbalik. Iringan musiknya sangat indah dan menentramkan ditambah Swarawati dengan suara yang merdu, membuat sebuah karya tersebut sangat klop untuk disatukan. Untuk garap vokalnya sendiri seperti cengkok banyuwangen dengan menggunakan vibra yang indah khas banyuwangen. Yang membuat indah yaitu dengan suara vocal satu dan dua berbeda, dan uniknya lagi pada saat Swarawati menyanyikan vocal tunggal, hal tersebut tidak bisa terdeteksi karena semua memakai topeng dan semua Swarawati menggerakkan kepala, seakan-akan menembangkan vocal, padahal yang menembangkan hanya satu orang. 

Untuk penampil kedua yaitu karya Sutanto Mendut dari Magelang. Music dalam karya ini tidak biasa yaitu seperti music rock dengan menggunakan alat music keyboard dan gitar rock. Diawali dengan sebuah cerita yang menceritakan perjalanan composer dengan diiringi alat music tersebut, uniknya lagi yang memainkan gitar rock tersebut adalah seorang Biksu dengan memakai kebaya atau pakaian yang dikenakan para Biksu, tidak hanya itu di dalam karya tersebut terdapat beberapa penari cewek dengan pakaian yang dilapisi lonceng, sehingga saat digunakan menari lonceng tersebut akan berbunyi menyatu dengan alat music yang lain. Untuk penarinya sendiri sangat lincah dalam menggerakan badannya. Dalam karya ini alunan music lebih menegangkan dan mencekam, sangat pas sekali jika karya ini diiringi dengan alat music keyboard dan gitar rock.

Penampil ketiga yaitu Rontek Nyawiji asal Pacitan, Jawa Timur. “Rontek berawal dari lomba kemudian diringkas dengan komposisi sebagai eksperimen yang belum pernah di bawakan sebelumnya” ucap koreo yaitu mas Pandu. Karya rontek tersebut sangat unik karena alat musiknya menggunakan bambu yang dipukul menggunakan kayu bambu, suling, gong dan bedug, para pemain musik tersebut sangat kompak dalam menabuhnya. Music tersebut berawal dari mencekam kemudian sirep dengan iringan suling saja, membuat suasana lebih bisa dirasakan. Tidak hanya pemain music saja di tengah-tengah karya ini terdapat seorang wanita yang menari membawa sebuah dupa diiringi dengan suara yang lirih atau pelan dari para pemain musik.  Kemudian music tersebut kembali rampak atau keras suaranya, untuk tempo  semakin mencepat dan selesai. Setelah ketiganya selesai dilanjutkan dengan dialog para komposer.