Semarak Budaya Indonesia (SBI) 2024 merupakan acara tahunan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Solo, yang tahun ini memasuki edisi ke-11.
Acara ini berlangsung pada 10–11 Mei 2024 di Pendopo Balaikota Surakarta dan
menjadi wadah untuk menampilkan berbagai bentuk seni, seperti seni tari, seni kriya,
seni musik, serta pameran kain Nusantara. Dengan mengusung tema “Gelar Imaji
Nusantara”, SBI 2024 berupaya menggambarkan keindahan dan kekayaan budaya
Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki keberagaman yang luar biasa. Tema
ini mencerminkan esensi dari Indonesia yang memiliki banyak pulau, suku, bahasa,
adat istiadat, serta seni budaya yang beraneka ragam. Melalui acara ini, masyarakat
diberi kesempatan untuk merasakan kekayaan seni budaya Indonesia yang tidak hanya
beragam, tetapi juga penuh makna dan nilai luhur yang patut dilestarikan
Salah satu rangkaian acara utama dalam SBI 2024 adalah penampilan sejumlah
karya tari yang dipersembahkan oleh berbagai sanggar tari di Indonesia. Karya tari
pertama yang ditampilkan adalah Ledhek Bandara Ayu, sebuah karya dari Sanggar Tari
Tancep yang berasal dari Sragen. Tari ini mengisahkan tentang pandangan yang
seringkali berbeda dari setiap individu, di mana manusia hanya mampu melihat dunia
berdasarkan apa yang mereka namai. Dalam konteks ini, Ledhek Bandara Ayu
menggambarkan sebuah cerita heroik tentang perjuangan rakyat Sukowati yang
berhasil mengusir kompeni (penjajah) dari tanah Sukowati. Karya tari ini tidak hanya
memperlihatkan keindahan gerak dan ekspresi, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai
sejarah dan perjuangan bangsa. Tari ini dikoreografikan oleh Sri Riyanto, S.Pd., yang
telah banyak berkontribusi dalam dunia seni tari, sementara komposer musiknya adalah
Hummari, S.Sn., yang berhasil menyusun musik yang menggugah semangat dan
mendalam.
Karya tari kedua yang dipentaskan dalam acara ini adalah Aksa Dirandra yang
dibawakan oleh Semarak Candra Kirana Art Center dari Solo. Tari ini memiliki tema
besar mengenai alam dan kehidupan di dalamnya, dengan judul yang berarti “Aku,
Hutan, dan Segala Isinya”. Aksa Dirandra menggambarkan betapa alam dan isinya—
termasuk berbagai makhluk hidup seperti hewan dan tumbuhan—berperan sebagai
sumber cahaya dan keseimbangan kehidupan. Tari ini juga menyoroti bagaimana
berbagai makhluk hidup, meskipun berbeda, dapat hidup berdampingan dalam harmoni
yang indah. Dalam Aksa Dirandra, penari-penari muda dari sanggar ini menghidupkan
karakter hewan dan alam, dengan gerakan tari yang dinamis dan ekspresif. Selain itu,
tari ini merupakan bentuk sendratari yang menampilkan simbol-simbol kehidupan
alam, yang menggambarkan hubungan manusia dengan alam sekitar yang harus dijaga
dan dilestarikan.
Karya tari ketiga dalam acara ini adalah Gedrug Krincing, sebuah karya dari
Sanggar Seni Kinanti Sekar yang berbasis di Yogyakarta. Nama Gedrug Krincing
berasal dari dua kata yang memiliki arti simbolis: Gedrug, yang berarti hentakan kaki,
dan Krincing, yang menggambarkan bunyi kemrincing atau dentingan yang tiada henti.
Tari ini menggambarkan semangat para prajurit yang gagah berani, dengan hentakan
kaki yang penuh energi dan semangat untuk membangun semangat juang yang tak
pernah padam. Bunyi kemrincing yang terus-menerus terdengar dalam tari ini
melambangkan semangat abadi yang selalu hidup dalam diri para prajurit, dan dapat
diartikan sebagai simbol dari tekad dan keberanian yang tidak pernah surut meskipun
menghadapi rintangan. Gedrug Krincing ditarikan oleh anak-anak dari Sanggar Seni
Kinanti Sekar, yang berhasil menampilkan energi dan dinamika luar biasa melalui
gerakan tari yang kuat dan penuh semangat.
Selain tiga karya tari tersebut, acara SBI 2024 juga menampilkan Tari Dendang
8 Etnis Sumut yang dibawakan oleh Sanggar Orek dari Solo. Tarian ini merupakan
kolaborasi dari berbagai elemen budaya yang berasal dari Sumatera Utara, dengan
menampilkan tarian dari delapan etnis yang ada di wilayah tersebut. Etnis-ethnis
tersebut antara lain Melayu, Batak Karo, Simalungun, Fak-fak/Dairi, Batak Toba,
Mandailing, Pesisir, dan Nias. Masing-masing etnis diperkenalkan melalui kostum
tradisional yang khas dan menggambarkan keragaman budaya yang sangat kaya. Tari
Dendang 8 Etnis Sumut bukan hanya sekadar pertunjukan tari, melainkan juga
merupakan sebuah bentuk penghormatan terhadap keberagaman budaya yang ada di
Indonesia, khususnya di Sumatera Utara. Dengan menampilkan delapan etnis yang
berbeda, tari ini memberikan gambaran tentang bagaimana masyarakat Indonesia yang
beragam dapat hidup berdampingan dalam keharmonisan.
Menurut Farhanah, pertunjukan pada Festival Semarak Budaya Indonesia 2024
sudah cukup meriah. Dari faktor penyajian gerak, kostum dan iringan sudah cukup
membuat penonton tertarik dan yang ditampilkan pun cukuo bermacam-macam
sehingga tidak bosan. Namun untuk bagian panggung dan back stage masih kurang
rapih dan teratur menurut saya, serta untuk lighting masih belum maksimal dalam
mendukung pertunjukan, mungkin karena pertunjukan dilakukan di outdoor. Hal yang
serupa juga diutarakan oleh Tegar Rizqika Pratama. Menurut Tegar penampilanya
sangat bagus, dan kita jadi tau bahwa tarian yang disajikan dari berbagai maca daerah
di indonesia.
Melalui berbagai karya tari yang ditampilkan dalam Semarak Budaya Indonesia
(SBI) 2024, terlihat jelas bagaimana seni tari berfungsi tidak hanya sebagai bentuk
hiburan, tetapi juga sebagai medium untuk menyampaikan pesan-pesan budaya yang
mendalam. Setiap tarian menggambarkan nilai-nilai perjuangan, alam, semangat, dan
keberagaman yang menjadi bagian integral dari identitas bangsa Indonesia. Dengan
melibatkan para penari muda, acara ini juga berperan dalam melestarikan dan
meneruskan tradisi seni tari kepada generasi penerus, serta memperkenalkan kekayaan
budaya Indonesia kepada masyarakat luas. Secara keseluruhan, SBI 2024 adalah sebuah
panggung yang menampilkan keberagaman budaya Indonesia yang patut dibanggakan
dan dilestarikan, serta menjadi cerminan dari semangat persatuan dalam keberagaman