Bidang Pelatihan, Pengembangan, dan Pelatihan Ormawa Kesenian Tradisional
BKKT UNS menyelenggarakan apresiasi seni pada tanggal 2 Maret 2024 di Pendapa
Ageng Gendhon Humardani. Apresiasi seni ini berupa kegiatan menonton bersama
pertunjukan seni Gelar Tari Jawa Tengah secara offline yang diikuti baik dari pengurus
maupun anggota BKKT UNS.
Gelar Tari Jawa Tengah merupakan sebuah pertunjukan tari yang disajikan oleh
beberapa sanggar. Sanggar-sanggar ini berasal dari berbagai daerah di Provinsi Jawa
Tengah. Sanggar-sanggar tersebut adalah Sanggar Roga Budaya, Sanggar Seni Suka
Laras, Sanggar Surowedanan, Sanggar Naya Padmaruna, Sanggar Tari Tancep,
Sanggar Seni Karnelis Budoyo, Sanggar Beksa Sumekar, dan Sanggar Satya Gantari.
Salah satu sajian tari pada gelar tari tersebut adalah Tari Larasati Kridha yang
dibawakan oleh Sanggar Seni Suko Laras. Tarian ini terinspirasi dari ketangguhan
sosok Dewi Larasati dalam keprajuritan dan olah senjata. Tari Larasati Kridha berkisah
tentang emansipasi dan partisipasi kaum perempuan untuk menjaga keamanan dan
ketertiban bangsa dan negara serta sebagai bentuk karya nyata, bahwa sosok perempuan
seperti Dewi Larasati memiliki dedikasi dalam membangun negeri bersama rakyat.
Tarian ini menggunakan cundrik sebagai propertinya. Ragam gerak dalam tarian ini
dapat menggambarkan apa yang ada di sinopsisnya, dan berhasil dibawakan dengan
bagus dan kompak oleh penarinya. Ditarikan oleh 7 penari, tarian ini memiliki pola
lantai yang variatif. Namun, jumlah penari ganjil tersebut menjadikan pola lantai yang
sedikit kurang pas saat adegan perang antar 2 penari. Kostum yang dikenakan dominan
berwarna hitam sehingga tidak terlalu jelas dari arah penonton karena hampir menyatu
dengan background belakangnya.
Sajian kedua merupakan Tari Trimastuti yang dibawakan oleh Sanggar Naya
Padmaruna. Tarian ini bercerita tentang sosok gadis bernama Tri Mastuti yang berarti
anak ketiga yang selalu menurut dan taat pada orang tuanya serta diharapkan selalu
berbakti pada kedua orang tua, guru, bangsa, dan negara. Dalam penyajiannya tarian
ini menggambarkan pengembangan dari tari tradisi putri. Para penari sudah luwes tetapi
terdapat beberapa kali dimana penari terlihat lupa gerakan, dan kurang kompak. Untuk
kostumnya sendiri menggunakan nuansa hitam dan merah muda yang manis dan
berhasil menggambarkan sosok gadis seperti pada sinopsisnya.
Sajian selanjutnya adalah Tari Kartika Putri yang dibawakan oleh Sanggar Seni
Karnelis Budoyo. Tarian ini menggambarkan tentang kegembiraan remaja putri ketika
memasuki masa dewasa dengan segala tingkah lakunya, seperti merias wajah, dan
bersolek hingga berseri bagai bintang yang menyinari dunia. Namun, dalam
pembawaannya para penari masih kurang luwes. Kostum Tari Kartika Putri
menggunakan kain/jarik dodot alit bernuansa merah dan kuning serta dilengkapi
dengan sampur juga perhiasan yang menarik.
Selanjutnya terdapat Tari Candra Kusuma yang dibawakan oleh Sanggar Beksa
Sumekar. Pada sinopsis Tari Candra Kusuma ini, Chandra berarti bulan dan Kusuma
yang berarti bunga menjadi sumber inspirasi lambang dari sosok perempuan yang
anggun dan lincah. Tarian ini menggambarkan pengembangan dari tradisi gaya
Surakarta. Dalam penyajiannya, tarian ini memiliki dinamika yang sedikit berbeda dari
tiga tarian lain yang penulis ulas, dimana terdapat bagian yang alus kemudian terdapat
bagian yang lincah namun tetap luwes dan anggun sesuai dengan makna dari tarian ini.
Para penari berhasil membawakannya dengan bagus dan kompak. Kostumnya sendiri
menggunakan jarik dodotan yang bernuansa putih, biru, dan hitam.
Menurut Restu Hari Stiaji, kekurangan dalam pementasan kemarin terletak pada
lighting, menurut saya kurang pas dalam penyajian karena terlalu redup, masalahnya
lingkungan sekitar pementasan sudah gelap, mungkin memang konsep atau bagaimana,
tapi menurut saya kurang terang sedikit, sehingga dalam foto ataupun ketika diambil
dokumentasi kurang bagus, selebihnya kere