Pada Sabtu, 15 Februari 2025, Konser Karawitan Surya Ndadari yang merupakan acara puncak dari rangkaian Surya Tak Pernah Padam: Dokumentasi Karya Maestro terselenggara di Pendhopo Ageng Gendhon Humardhani Taman Budaya Jawa Tengah. Pertunjukan ini merupakan persembahan Padepokan Seni Nurroso Surakarta yang didukung oleh Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, LPDP, dan Dana Indonesiana dan diselenggarakan sebagai penghormatan untuk Alm. Ki Blacius Subono, seorang seniman Surakarta yang dikenal sebagai dalang, pengrawit, penata musik, komponis, dan penulis naskah.
Acara diawali dengan dokumenter singkat mengenai Alm. Ki Blacius Subono dan dilanjutkan dengan sajian tari Umbul Donga Ambabar Rasa, sebuah karya tari yang merupakan sarana doa dan syukur kepada Tuhan. Tari ini menggunakan formasi keblat papat pancer lima yang ditarikan oleh 1 penari wanita dan 4 penari pria dari kelompok tari Moncar Iswara. Karya ini pertama kali dipentaskan di Taman Sunan Jogo Kali pada tahun 2022 dengan Alm. Ki Blacius Subono yang menjadi komposer.
Setelah dibuka dengan Ambabar Rasa, Beny Nugroho, putra sulung Alm. Ki Blacius Subono, memberikan sambutan pertama dan dilanjutkan dengan penampilan Karawitan Nurroso. Kemudian, sambutan kedua disampaikan oleh Kepala Taman Budaya Jawa Tengah, yang diwakili oleh Tria Vita Hendradjaja selaku stage manager dan penanggung jawab pagelaran/pameran TBJT.
Tak lama setelah sambutan tersebut berakhir, penampilan tari Bedhaya Dhandhang Gendhis Mitra Sejati dimulai. Sajian tari bedhaya yang ditarikan oleh 9 penari wanita dari komunitas Langen Mataya ini mengekspresikan nilai legawa, doa, serta tekad untuk tetap berkarya dalam kebersamaan dan spirit. Tarian ini mengungkapkan rasa legawa meninggalkan tugas-tugas lembaga, mencerminkan semangat kebersamaan, ketulusan dan pengabdian para purna tugas. Penampilan ini terasa sangat istimewa, sebab istri Alm. Ki Blacius Subono, Ibu Endang Saraswati, hadir sebagai salah satu penari. Tarian ini diakhiri dengan riuh tepuk tangan para penonton. F.X. Hadi Rudyatmo, mantan Walikota Surakarta, turut hadir menyaksikan dan memberikan sambutan.
Pertunjukan terakhir, sekaligus puncak dari acara ini adalah konser karawitan bertajuk Surya Ndadari. Karya ini menghadirkan ruang kontemplatif, dialog antara terang dan bayang, kehidupan, dan kenangan. Surya Ndadari diawali dengan monolog yang dilakukan oleh Djarot B. Darsono—seorang aktor, koreografer, sutradara, dan penata panggung asal Boyolali. Kemudian adegan beralih ke Anggono Kusumo Wibowo, seniman tari kelahiran 3 Oktober 1976, yang menyajikan tarian dengan media kursi dan selanjutnya diikuti oleh 4 penari wanita yang mengiringi gerakannya. Iringan musiknya pun tak kalah krusial. Joko Porong yang bertindak sebagai komposer menyajikan garapan yang spektakuler. Komponis kelahiran Sumatera Selatan ini, bersama dengan Karawitan Nurroso Surakarta, membangun suasana menakjubkan melalui gamelan yang tidak gagal membuat penonton berdecak kagum. Dengan didukung oleh para seniman-seniman luar biasa, Surya Ndadari menjadi pengingat bahwa warisan seorang maestro akan selalu bersinar dalam setiap langkah yang kita teruskan.
“Pertunjukan “Surya Tak Pernah Padam” disajikan dengan sangat rapi. Pertunjukan memiliki susunan penyajian tepat sehingga pertunjukan terlihat sangat menarik dan tidak membosankan bagi penonton. Talent tari dan karawitan mampu membangun suasana sehingga makna pertunjukan dapat tersampaikan dengan tepat. Pemilihan kostum dan lighting menambah nilai estetika sehingga pertunjukan terlihat sangat menarik.” (Valerina Siska Megarantantri)